Berbicara tentang Madiun , identifikasi yang muncul adalah pecel. Identifikasi kedua, ketika terucap kata Madiun, ingatan akan kembali pada kejadian memilukan pada tahun 1948, tepatnya 18 September.
Peristiwa itu disebut Peristiwa Madiun, sebuah gerakan PKI di Madiun yang membantai ribuan nyawa di sebuah perbuktikan yang terletak di Desa Kresek, Kecamatan Wungu, Kabupaten Madiun, Jawa Timur.
Untuk mengenang peristiwa kelam itu, telah dibangun sebuah tetenger yang diberi nama Monumen Kresek pada tahun 1987 dan selesai pada 1991. Monumen keganasan PKI ini berdiri di atas lahan 3,5 hektar. Monumen tersebut diresmikan pada 1991 oleh Gubernur Jawa Timur Soelarso.
Ketika memasuki pintu monumen, nampak patung besar yang terdiri dari dua orang yang satu posisi memenggal dan yang satunya duduk seolah posisi siap dipenggal. Konon patung itu menggambarkan Muso yang sedang memenggal Kyai Husein.
Untuk mencapai patung pemenggalan itu, harus melalui tangga yang berjumlah 17-9 dan 45 yang menyimbolkan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Sesampai di puncak monumen terdapat relief keganasan PKI saat itu. Tergambar jelas bagaimana kekejaman PKI pada saat itu.
Di dekat monumen ini juga terdapat prasasti batu yang mengukir nama-nama prajurit TNI dan pamong desa yang gugur dalam pertempuran melawan PKI di Desa Kresek maupun karena dibantai oleh PKI.
Kolonel Inf Marhadi adalah prajurit TNI berpangkat tertinggi yang gugur dalam pertempuran Desa Kresek, namanya lalu diabadikan menjadi salah satu nama jalan di Kota Madiun dan didirikan pula patungnya di alun-alun Kota Madiun sebagai bentuk penghormatan.
Area Monumen Kresek dahulu adalah bekas rumah warga yang dijadikan PKI sebagai ajang pembantaian. Warga sekitar dikurung di dalam rumah tersebut lalu rumah tersebut dibakar bersama warga yang ada di dalamnya. Di sebelah utara Monumen Kresek terdapat monumen kecil yang terbuat dari batu kali yang mengukir nama-nama prajurit TNI dan para pamong desa yang dibantai oleh PKI.
“Tempat ini merupakan tempat yang dijadikan untuk membantai para korban. Tempat ini dahulunya merupakan rumah dari seorang warga. Tempat ini sengaja dipilih oleh PKI untuk menyembunyikan para korban, karena ditempat ini aman untuk dijadikan persembunyian,” ujar warga Kresek.
Kini, untuk mengenang peristiwa Madiun tersebut, masyarakat diharapkan tidak lupa sejarah tersebut. Salah satunya dengan mengunjungi Monumen Kresek itu. Bupati Madiun, Ahmad Dawami Ragil Saputro meminta warga untuk meneruskan perjuangan para pahlawan revolusi dengan tidak merubah cerita sejarah yang asli dan sudah ada.
Sumber : https://daerah.sindonews.com/
0 komentar:
Posting Komentar