KBRN, Madiun: Pandemi virus corona (Covid-19) turut memberikan dampak cukup signifikan bagi industri rokok, khususnya terkait aktivitas produksi dan penjualan produk rokok. Seperti yang dialami Pabrik Rokok Tebu atau Rokok Klobot di Jalan Panglima Sudirman, Kota Madiun.
Pemilik Pabrik Rokok Klobot, Aman Winarto mengatakan, sejak pandemi melanda hampir satu tahun ini, jumlah produksi menurun drastis. Jika sebelum pandemi satu karyawan ditargetkan mampu memproduksi rokok jenis sigaret kretek tangan (SKT) 1.500 batang, kini dibatasi hanya 1.000 batang per hari. Sedangkan karyawan yang ia miliki saat ini berjumlah 35 orang.
Meski begitu ia tidak merubah harga rokok klobot. Setiap bal berisi 400 pack rokok klobot dibandrol Rp1.280.000 atau sehargar Rp3.200-3.500 per bungkus.
“Terus terang saja produksinya menurun, nggak seperti sebelumnya. Namanya rokok klobot ya begini. Yang penting kan setiap hari karyawan saya bekerja. Pasarannya yang laku itu daerah Ngawi dan Kabupaten Madiun. Rokok itu kan tergantung selera ya, jadi kalau kita mengikuti selera yang tepat dan yang cocok dengan pembeli ya sulit,” kata Aman, Kamis (4/2/2021).
Seorang karyawan pabrik rokok Klobot Madiun, Sulasmi mengaku sudah lebih 20 tahun bekerja memproduksi rokok. Perempuan asal Kota Madiun ini mengaku tidak ada pilihan lain untuk membantu perekonomian keluarga. Apalagi usia yang tidak lagi muda menjadi salah satu alasan ia enggan beralih pekerjaan.
“Per orang itu jatahnya 1.000 batang per hari. Ini borongan sistemnya. Kalau peminat ramai ya banyak produksinya, per orang bisa 2.000 batang per hari,” kata dia.
Sulasmi menjelaskan, pendapatan yang ia peroleh pun tidak berubah meski terjadi wabah corona. Jika sehari menghasilkan 1.000 batang rokok, pendapatan yang ia dan karyawan lainnya peroleh sekitar Rp42.500. Penghasilan itu pun tidak setiap hari diterima, melainkan setiap tiga hari sekali.
Sumber : https://rri.co.id/
0 komentar:
Posting Komentar