Madiunpos.com, MADIUN — Momen Lebaran menjadi berkah bagi Danuk Sri Arini, produsen jajanan madumongso di Kota Madiun. Pada momen Lebaran tahun 2019 ini, nenek-nenek berusia 65 tahun itu mendapat order pembuatan madumongso sampai 1 ton.
Ditemui Madiunpos.com di rumah produksinya di RT 016/RW 005 Jl. Timbangan No. 19, Kelurahan Banjarejo, Kecamatan Taman, Kota Madiun, Sabtu (1/6/2019) sore, Danuk terlihat sedang melayani para pelanggannya yang membeli madumongso.
Madumongso jajanan khas Madiun terbuat dari ketan hitam dan rasanya manis asam dan dibungkus dengan kertas warna warni. Jajanan ini lazim disajikan di rumah-rumah saat Lebaran.
Ibu tiga anak ini mengaku kebanjiran order saat mendekati Lebaran seperti sekarang ini. Selain order dari orang per orang, banyak instansi pemerintah maupun perusahaan swasta yang memborong madumongso buatannya untuk dijadikan bingkisan parcel.
Sore itu produksi madumongso di tempatnya sudah selesai. Para karyawannya sudah pulang setelah seharian membuat madumongso. Pada saat momen ramai order seperti ini, rumah produksi madumongsonya beroperasi lebih dini. Ia memulai produksi sekitar pukul 02.00 WIB dengan membersihkan ketan hitam dan memasaknya sampai matang.
“Saat Lebaran kayak gini memang ramai banget. Banyak yang beli. Selama satu bulan ini saya sudah habis 1 ton ketan. Kalau biasanya per hari maksimal 25 kg. Kecuali kalau ada pesanan dalam jumlah besar bisa lebih dari itu,” ujarnya.
Danuk menuturkan pelanggannya bukan hanya membeli madumongso untuk dikonsumsi, tetapi ia banyak memiliki reseller. Reseller ini yang banyak berperan untuk memasarkan dan menjualkan madumongso yang diberi nama madumongso Wahyu Tumurun.
Untuk 1 kg madumongso, ia menjualnya dengan harga Rp65.000. Ada kemasan 1 kg, setengah kilogram, dan seperempat kilogram.
Danuk menceritakan proses pembuatan madumongso memang membutuhkan proses yang cukup panjang. Mulai dari ketan hitam direbus hingga matang. Sesudah itu ketan didinginkan dan baru dikasih ragi. Selanjutnya didiamkan selama tiga hari. Setelah ketan menjadi tapai, kemudian dimasak dengan diberi santan dan gula sampai matang.
Selanjutnya adonan yang sudah matang didiamkan hingga dingin. Setelah itu, madumongso dibungkus dengan kertas warna-warni. “Madumongso buatan saya ini bisa tahan sampai satu bulan. Saya ga menggunakan bahan pengawet. Saya juga ga memakai pemanis buatan. Tapi gula aren,” ujarnya.
Ia memulai memproduksi madumongso sejak tahun 1995. Dia mengaku mendapatkan bantuan dari Pemkot Madiun untuk mendapatkan izin hingga dipromosikan dalam beragam kegiatan.
Penikmat madumongso tak hanya warga Madiun.Banyak juga warga dari luar Madiun bahkan sampai luar Jawa juga tertarik membeli jajajan legit itu.
Omzet penjualan pada bulan Ramadan tahun ini, kata Danuk, cukup lumayan yaitu mencapai Rp75 juta. Ia bersyukur saat ini semakin banyak konsumen madumongso.
Seorang pembeli dan juga reseller madumongso Wahyu Tumurun, Sri Utami Wijayanti, mengatakan terjadi peningkatan permintaan madumongso pada saat Lebaran ini. Sudah belasan kilogram madumongso yang dijual selama musim Lebaran tahun ini.
“Saya jual di Facebook. Saat Lebaran kayak sekarang orderan banyak. Saya jualnya Rp70.000 per kg,” ujar warga Kecamatan Taman ini.
Sumber : https://www.solopos.com/
0 komentar:
Posting Komentar