Sejarah pembentukan
Terlahir dari pembelaan terhadap kaum yang lemah, membuat seorang pemuda bernama Victor Lie Kuang Hwa (Koh Hwa), lahir di Pamekasan Madura tanggal 10 Mei 1938, memutuskan untuk mendirikan perguruan yang bernama Ikatan Keluarga Kuntauw Pro Patria. Pada suata mula Koh Hwa sedang berjalan di tengah keramaian kota lalu beliau melihat seorang kaum yang lemah ditindas oleh seorang pemuda yang sedang mabuk berat dan Koh Hwa pun berniat untuk menolong kaum tersebut dan secara tidak sengaja Koh Hwa refleks menghadapi pemuda yang sedang mabuk tersebut, Koh Hwa pun mengeluarkan ilmunya yang secara turun temurun oleh keluarganya. Di awal kejadian tersebut banyak penduduk yang minta di ajarkan kung fu oleh Koh Hwa, Koh Hwa sendiripun sudah berlatih kung fu sejak 12 tahun yang dilatih oleh ayahnya sendiri bernama Lie Gun Yin, adalah seorang pendekar kungfu aliran shaolin. Lie Gun Yin adalah putra dari Lie Chen Ciao alias Lai Yun Chiu, salah seorang dari “10 Harimau Kwantung/Kanton” seangkatan dengan Wong Kei Ying, ayah Wong Fei Hung. Koh Hwa pun mulai mengajar kung fu mulai tahun 1963 sampai tahun 1970 di rumahnya sendiri di jalan Trunojoyo no 10 Madiun.
Pada awal tahun 1971, para murid yang merasakan manfaatnya dan masih setia mengkuti latihan berupaya mendesak Koh Hwa untuk mendirikan suatu perguruan yang resmi. Maka pada tanggal 28 oktober 1971 di Madiun didirikanlah perguruan yang bernama “Ikatan Keluarga Kuntauw Pro Patria”. Pro Patria sendiri yang berarti “Untuk Tanah Air (Indonesia)”. Agar dapat lebih mengembangkan perguruan, diusahakanlah untuk bergabung dengan salah satu induk organisasi bela diri yang ada. Warna bela diri yang hampir mirip dengan Pro Patria adalah pencak silat (pada saat itu belum ada Persatuan Wushu Indonesia). Akhirnya Pro Patria bergabung dengan IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia) cabang Madiun. Untuk dapat diterima menjadi anggota IPSI, nama “Kuntauw” diubah menjadi “Silat”, tanpa mengubah hakikat ilmu beladiri yang harus dikaji anggotanya. Akhirnya, Pro Patria resmi menjadi anggota IPSI cabang Madiun pada tanggal 11 Juni 1975, dengan nama “Ikatan Keluarga Silat Pro Patria”. Koh Hwa selalu berpegang pada falsafah RNg. Ronggowarsito: Sabar, tawakal, eling, narimo, lan waspada.
UKM Pro Patria UGM berdiri secara resmi pada tahun 1980.
Filosofi/Nilai
Ilmu silat terbagi dalam dua golongan yaitu : Nui Kung dan Way Kung. Nui Kung adalah ilmu silat yang menggunakan 10% tenaga dan 90% kelembutan. Ilmu ini cocok dengan orang yang bertubuh kecil dan lemah, karena mereka mempunyai kelincahan, ulet dan kecerdasan. Way Kung adalah ilmu silat yang menggunakan kekerasan, tetapi hal tersebut tidak mutlak, karena ilmu silat ini juga menjadi bagian dari ilmu kelembutan sebagai induknya. Pada Way Kung terdapat 70% kekerasan dan 30% kelembutan. Pedoman pesilat aliran Way Kung adalah keras lawan keras, karena bukan saja tenaga mereka besar, namun tulangnya pun keras bagai besi dan ototnya besar kelihatan nyata. Para pesilat Way Kung umumnya adalah orang yang bertubuh kuat dan tinggi besar. Nui Kung tingkatannya lebih tinggi dari pada Way Kung, karena merupakan penghalusan atau penyempurnaan dari Way Kung.
Ilmu silat Kung Fu dibagi menjadi dua aliran besar, aliran Utara yang berkembang di utara sungai Jang Ciang, dan aliran Selatan yang berkembang di selatan sungai Jang Ciang. Ilmu silat aliran utara lebih mengutamakan kaki sebagai jurus andalan, dan aliran selatan lebih mengandalkan jurus-jurus tangan. Tetapi tidak berarti jurus tendangan kaki aliran selatan kalah mutunya dibanding aliran utara, dan sebaliknya. Pada aliran selatan ada beberapa yang mengutamakan jurus tendangan, dan pada aliran utara juga ada yang mengutamakan permainan tangan.
Ilmu beladiri Pro Patria disusun secara ilmiah dan memperhatikan kepraktisan dengan bersendi pada Kungfu (hasil dari latihan yang serius dan tekun). Ilmu yang diajarkan telah diramu sedemikian rupa sehingga merupakan perpaduan Kungfu Utara dan Kungfu Selatan. Berbagai latihan tersebut dimaksudkan untuk melatih empat aspek penting yaitu: Bela Diri (melindungi diri dan orang lain yang membutuhkan), Olah Raga (untuk kesehatan dan kebugaran), Seni (untuk keindahan gerak yang terpadu dan dihayati benar-benar), dan Mental (ketekunan, kesabaran, ketenangan, keuletan dan kebijaksanaan). Sejalan dengan bertambahnya usia perguruan ini dan menyesuaikan kebutuhan warganya, PRO PATRIA pun terus berkembang. Bagi PRO PATRIA, bela diri tidak lagi hanya bermakna kemampuan membela diri seperti mengelak, menangkis, dan jika perlu membalas serangan lawan, tetapi juga membela diri secara utuh seperti kemampuan menangkal penyakit dan atau penyembuhannya.
Ilmu pernafasan yang sejak awal diberikan ke pada warganya adalah salah satu contoh ilmu pernafasan yang dimiliki PRO PATRIA yang mampu memelihara diri mereka dari berbagai serangan dari luar dirinya. Berbagai hasil latihan telah dirasakan oleh banyak warga, dari penyembuhan sakit sesak nafas, migrain, rematik, gangguan tekanan darah, dan masih banyak lagi.Tidak dapat dipungkiri bahwa banyak sekali penggemar ilmu silat yang tidak dapat mencapai cita-citanya menjadi benar-benar memiliki kemahiran ilmu silat karena cara pandang yang tidak benar. Mereka cuma mengejar status tingkatan yang tinggi dan ijasah, sehingga berlatih hanya sekedar untuk memenuhi target nilai ujian saja. Tinggi-rendahnya kepandaian ilmu silat seseorang tergantung pada masak tidaknya inti-inti ilmu silatnya. Apa tingkatannya dan macam apa ilmu silat yang telah dipelajarinya tidak menjadi prinsip. Ada peribahasa dalam persilatan bahwa untuk menjadi ahli silat yang tangguh perlu memiliki: pertama keberanian, kedua kekuatan, dan ketiga jurus-jurus yang masak inti-intinya. I Tan, Êr Li, San Kung Fu.
Sumber : ukm.ugm.ac.id